Rabu, 02 Juni 2010

Cinta dan Perkawinan

Suatu hari Plato bertanya pada gurunya,” Apa itu Cinta? Bagaimana saya menemukannya?”
Gurunya menjawab,” Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu & tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta.”
Plato pun berjalan dan tidak berapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya,” Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”

Plato menjawab,” Aku hanya boleh membawa satu saja & saat berjalan tidak boleh mundur kembali. Sebenarnya aku sudah menemukan ranting yang menakjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi didepan sana, jadi tidak kuambil ranting tersebut. Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi. Jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya.”
Gurunya menjawab,” Itulah cinta.”

Dihari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya,” Apakah itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemkannya?”
Gurunyapun menjawab,” Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali, dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Jika kamu menemukan pohon yang kamu anggap paling bagus, artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan.”
Plato pun berjalan dan tidak berapa lama, dia kembali dengan membawa sebatang pohon ditangannya. Kemudian berkata pada gurunya,” Sebab berdasarkan pada pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan hampa. Jadi pada kesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidak buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kemari. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya.”
Gurunyapun kemudian menjawab,” Itulah perkawinan.”

Perkawinan adalah kelanjutan dari cinta, proses mendapatkan kesempatan. Ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangikesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

1 komentar:

Posting Komentar